siapa diri ini?

Allah SWT berfirman dalam Al Qu’ran :

Ketahuilah, bahwa sesung-guhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid, 57:20)

Mungkin diantara kita pernah melakukan ziarah kubur atau sekedar berkunjung ke tempat berkuburnya orang-orang yang sudah meninggal dunia. Letaknya sepi, jauh dari perkampungan dan pemukiman rumah penduduk negeri. Itulah tempat terakhir dan tempat istirahat panjang semua manusia yang pernah hidup. Di bawah pohon-pohon kamboja yang rindang terdapat nisan-nisan sepi yang diam. Pada nisan yang telah berlumut dan lusuh itu tertulis nama orang yang meninggal, tahun lahir dan kematiannya. Orang-orang yang berkubur di dalamnya tentu saja semasa hidupnya juga seperti kita yang sekarang masih hidup, punya keluarga, anak isteri, pergi bekerja, menikmati bahagia di waktu senggang, nonton TV, merayakan ulang tahun atau mengeluh ketika harga-harga di pasar naik.

Sebagaimana kita, mereka tentu juga memiliki momen dan waktu-waktu khusus yang pantas untuk diingat dan dikenang. Seperti misalnya, merayakan hari perkawinan, pesta ulang tahun anak, melakukan rekreasi bersama keluarga atau ikut tamasya dengan rekan-rekan di kantor. Pada waktu hidupnya, disamping mengahabiskan waktu untuk bekerja, mereka juga menggunakan waktu luang untuk bergembira ria. Satu hal yang tidak mereka ingat dan sadari dari waktu khusus tersebut – tentu saja - adalah hari datangnya hari kematian.

Kematian memang misteri. Tidak seorang pun manusia yang tahu secara pasti kapan maut akan menjemputnya, meski tidak ada manusia yang bisa hidup kekal selama-lamanya. Kematian adalah sebuah keniscayaan, maut adalah sebuah kepastian. Tetapi, kebanyakan kita sekarang enggan untuk berbicara dan memperbincangkannya. Membicarakan mati berarti kita mengingatnya, dan bila selalu mengingatnya tentu kita tidak terlalu lengah dan menyadari bahwa kehidupan dan dunia ini hanya sementara, dan kehidupan yang kekal itu sesungguhnya adalah kehidupan akhirat. Rasulullah Muhammad SAW. pernah mengatakan bahwa, pada ziarah kubur itu dapat melembutkan hati kesat, mengalirkan air mata, mengingatkan kehidupan akhirat. (HR. Hakim)

Enggannnya orang membicarakan mati mungkin disebabkan rasa takut yang berlebihan karena merasa diri belum siap menerima datangnya maut. Merasa dirinya belum memiliki tabungan berupa amal ibadah yang mencukupi untuk menyongsong kehidupan sesudah mati (alam barzah). Atau juga, sama sekali tidak mempedulikan hal yang satu ini, karena sudah begitu lupa dan hanyut dalam kesenangan dan kenikmatan duniawi semata. Tidak mengherankan kalau kuburan menjadi salah satu tempat yang paling sepi di muka bumi.

Firman Allah dalam Al Qur’an :

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabuut 29: 57)



Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS : Al A’raaf, 25)



Sesungguhnya, bumi yang ditempati manusia untuk hidup di dunia ini, hanya sebuah planet kecil dari jagat raya yang maha luas. Matahari yang sinarnya kita sambut setiap pagi sebagai sumber kehidupan di muka bumi, ternyata dalam sistem galaksi yang lebih besar, kedudukannya tidak lebih dari sebuah bintang. Padahal dalam alam semesta terdapat ratusan milyar banyaknya bintang. Suhanallah, begitu luasnya alam semesta ini. Bumi kita ibarat sebutir debu yang tiada arti.

Milyaran bintang dan planet-planet tersebut selalu berputar sesuai dengan garis edarnya. Setiap planet berputar pada sumbunya, sekaligus mengelilingi bintang (matahari), dan keduanya bersama dengan bintang dan planet lainnya sesungguhnya juga mengelilingi pusat jagat raya ini (god spot). Pusat jagat raya itu mungkin yang disebut dalam Al Qur’an sebagai ‘Arsy-Nya, tempat bersemayamnya Tuhan setelah menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Wallahu’alam bissawab. Hanya Allah yang Tuhan yang Maha Mengetahui.

Yang juga amat mengejutkan dari prilaku benda-benda jagat raya, setiap planet dan bintang tersebut berputar dengan arah berlawan jarum jam. Konon, mikron sebagai unsur terkecil dari benda yang dinamika pergerakannya mirip dengan sistem tata surya, juga berputar arah melawan arah jarum jam. Kalau memang demikian, tentu saja bukanlah sebuah kebetulan, bila perputaran benda-benda angkasa di langit yang maha luas dan mikron sebagai unsur paling kecil, persis sama halnya dengan prosesi tawah keliling Ka’bah dalam ibadah haji di Mekkah. Ini adalah bukti bahwa segala apa saja benda dan makhluk di alam semesta ini tunduk, patuh dan bersujud kepada Tuhannya. Subhanallah.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS : Al A'raaf, 54).



Tentu saja sulit diterima secara logika sistem tata surya yang begitu rumit terjadi dengan sendirinya, Allah Yang Agung lah yang menciptakan dan mengatur semuanya, sehingga di antara bintang-bintang dan planet tersebut tidak saling bertabarakan satu sama lain. Meskipun demikian, berdasarkan penjelasan ilmiah dan penyelidikan, karena setiap bintang dan planet tersebut berputar (berpusing) dalam kecepatan yang luar biasa, memungkinkan adanya serpihan yang jatuh secara acak. Serpihan yang berjatuhan ini sering disebut sebagai benda-benda asing dari luar angkasa atau meteor. Bumi kita kalau begitu juga rawan terhadap kejatuhan meteor dan benda-benda angkasa lainnya, dan kalau itu terjadi tentu saja akan menimbulkan bencana dan malapetaka besar terhadap kelangsungan hidup umat manusia.

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya), ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa-bahasa dan warna kulit kamu. Sungguh, dalam yang demikian itu, ada bukti-bukti bagi orang yang mengetahui (QS : Ar Ruum, 22)



Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS : Al Baqarah, 255)



Bumi kita seperti debu. Diatas debu itu terdapat jutaan manusia yang menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam kesibukaan kerja dan aktivitas duniawi lainnya. Di atas muka bumi pula kita menemukan orang-orang yang berjalan sambil membusungkan dada ke depan (menyombongkan diri) karena kekuasaan yang mereka miliki, istana megah, uang atau anak isteri dan dinasti (keluarga-suku) yang dibanggakan.

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS : Ar Ruum, 7)



Ancaman terhadap bumi bukan hanya datang dari sistem jagat raya, di bawah kaki kita tempat berpijak terdapat aliran magma besar yang selalu bergerak, yang konon panasnya mencapai ribuan derajat. Bumi kita dapat diibaratkan seperti buah apel yang memiliki kulit yang sangat tipis. Jatuhnya benda-benda angkasa dengan mudah sudah bisa merobek permukaan bumi yang tipis. Tetapi juga, pergerakan yang terus menerus dari magma di bawah permukaan lapisan kulit bumi akan menimbulkan desakan energi secara terus menerus, yang suatu saat harus dilepaskan. Pelepasan energi magma itu dapat saja terjadi melalui gunung yang tiba-tiba meletus dengan dahsyatnya. Fenomena ini mestinya membuat kita sadar dan waspada bahwa kehidupan di atas dunia penuh dengan ancaman yang selalu mengintai.

Segala sesuatu yang Allah ciptakan di alam semesta ini bersifat fana dan sementara, demikian pula halnya dengan makhluk bernama manusia. Semua makhluk hidup niscaya akan mati tanpa kecuali. Dibanding makhluk-makhluk hidup lainnya, manusia adalah makhluk yang paling lemah. Karena itu, untuk bisa bertahan dalam hidupnya manusia memiliki kebutuhan dan keperluan yang lebih banyak dari yang lain.

Kalau kita cermati, badan dan diri kita membutuhkan perhatian dan perawatan terus menerus. Kita yang tinggal di daerah tropis harus mandi dua kali setiap harinya untuk membersihkan badan dari keringat dan kotoran yang menempel. Betapa tampan dan cantiknya seseorang, wajahnya akan nampak jelek dan mengerikan setelah bangun tidur. Gigi yang kita gosok secara bersih di pagi hari lalu akan menimbulkan bau busuk beberapa jam setelah itu. Setiap rongga dan lubang dari organ tubuh kita menyisakan kotoran yang menjijikkan, mata, hidung, telinga, atau mulut sekalipun. Lipatan-lipatan dari badan kita mudah sekali menjadi tempat bersarangnya jamur dan bahteri yang dapat menimbulkan penyakit. Itulah sifat dasar dari badan dan tubuh kita. Itulah diri kita sesungguhnya.
Allah SWT berfirman dalam Al Qu’ran :

Ketahuilah, bahwa sesung-guhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid, 57:20)

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow us !

Blogger news

Trending

item